Auditing Bab 5 : Bukti Audit dan Kertas Kerja

     Di bawah ini adalah pembahasan dari pertanyaan yang ada di buku Auditing (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi II karya Al. Haryono Jusup ba...

Minggu, 25 Oktober 2020

Auditing Bab 5 : Bukti Audit dan Kertas Kerja

    Di bawah ini adalah pembahasan dari pertanyaan yang ada di buku Auditing (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi II karya Al. Haryono Jusup bab 5, yang berisikan mengenai Bukti Audit dan Kertas Kerja. Jawaban dari pertanyaan yang ada ditulis berdasarkan pembahasan yang tertera dalam buku tersebut.

5-1 Jelaskan persamaan dan perbedaan antara bukti dalam suatu kasus hukum dengan bukti dalam pengauditan laporan keuangan.

Jawab :

Persamaan antara bukti dalam suatu kasus hukum dengan bukti dalam pengauditan laporan keuangan adalah keduanya harus merupakan bukti yang relevan, objektif, ketepatan, dan juga reliabilitas bukti tersebut.

Perbedaan antara bukti dalam suatu kasus hukum dengan bukti dalam pengauditan laporan keuangan adalah dalam bukti audit (audit evidence) ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk mencapai tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen dan kecukupan bukti ditentukan oleh auditor dengan pedoman Standar Audit. Sedangkan bukti hukum (legal evidence) telah diatur secara tegas oleh peraturan hukum yang ketat.

5-2 Sebutkan empat keputusan tentang bukti yang harus dilakukan pada setiap audit.

Jawab :

Ada empat keputusan tentang bukti yang harus dilakukan pada setiap audit, yaitu :

a) Prosedur audit apa yang harus digunakan.

b) Berapa besar ukuran sampel yang harus dipilih untuk prosedur audit tersebut.

c) Unsur-unsur apa yang harus dipilih dari populasi.

d) Kapan prosedur tersebut diterapkan.

5-3 Jelaskan apa yang dimaksud dengan prosedur audit. Sebut dan jelaskan empat contoh prosedur audit.

Jawab :

Prosedur audit adalah instruksi detil yang menjelaskan bukti audit yang harus diperoleh selama audit berlangsung. Prosedur sering dinyatakan dengan instruksi yang cukup spesifik sehingga auditor dapat mengikuti instruksi tersebut selama audit berlangsung. Sebagai contoh, berikut ini adalah suatu prosedur audit untuk melakukan verifikasi atas pengeluaran kas :

a) Memeriksa jurnal pengeluaran kas dalam sistem akuntansi dan bandingkan dengan nama penerima, jumlah rupiah, dan tanggal dengan informasi online yang disediakan bank tentang check-check yang diproses untuk akun kas yang bersangkutan.

b) Menentukan ukuran sampel yang dipilih dari populasi. Misalkan dalam jurnal pengeluaran kas telah dicatat 6.000 check, auditor memtuskan untuk menetapkan ukuran sampel berupa 50 check yang akan dibandingkan dengan ayat-ayat jurnal yang tercantum dalam jurnal pengeluaran kas tersebut.

c) Memutuskan unsur-unsur yang akan diuji dalam populasi. Sebagai contoh, apabila auditor memutuskan untuk memilih 50 check yang sudah dibayar bank dari populasi sebesar 6.000 check sebagaimana tercantum dalam jurnal pengeluaran kas, auditor masih harus menentukan metode apa yang akan digunakan untuk secara spesifik memilih check yang akan diuji.

d) Penerapan prosedur-prosedur audit dapat dilakukan dalam rentang waktu mulai dari awal periode sampai akhir periode akuntansi. Saat pelaksanaan prosedur dipengaruhi oleh pertimbangan auditor tentang kapan prosedur diperkirakan akan paling efektif, atau kapan staf audit tersedia.

5-4 Jelaskan apa yang dimaksud dengan program audit untuk piutang usaha. Sebutkan empat hal yang harus termuat dalam setiap program audit.

Jawab :

Program audit untuk piutang usaha adalah daftar prosedur-prosedur audit untuk bagian piutang usaha pada sebuah entitas. Hal-hal yang harus termuat dalam setiap program audit adalah daftar prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang dipilih, dan saat pelaksanaan pengujian.

5-5 Jelaskan mengapa auditor hanya dapat memberi tingkat asurans wajar, bukan asurans yang meyakinkan, bahwa laporan keuangan adalah benar.

Jawab :

Auditor diwajibkan oleh Standar Auditing untuk mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat (sufficient appropriate evidence) sebagai dasar untuk mendukung opini yang diberikan. Namun penentuan apa yang ‘tepat’ dan ‘cukup’ bukanlah tugas yang mudah. Hal ini disebabkan oleh sifat bukti audit dan biaya yang diperlukan untuk melakukan audit, pada umumnya auditor tidak sepenuhnya yakin bahwa pendapat yang diberikannya benar.

Namun demikian, auditor harus berkeyakinan bahwa pendapatnya benar dengan tingkat jaminan yang tinggi sekalipun tidak bisa menjamin penuh bahwa laporan keuangan yang telah diaudit bebas dari kesalahan penyajian material yang mungkin timbul. Hal ini dapat disebabkan oleh proses akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan, maupun oleh proses pengauditan itu sendiri.

5-6 Tunjukkan dua faktor yang menentukan persuasivitas bukti. Apakah hubungan kedua faktor tersebut dengan prosedur audit, ukuran sample, unsur yang dipilih, dan saat pengauditan?

Jawab :

Dua faktor yang menentukan persuasivitas bukti adalah ketepatan dan kecukupan. Ketepatan bukti adalah ukuran kualitas bukti, yakni relevansi dan reliabilitasnya dalam memenuhi tujuan audit atas golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang bersangkutan. Apabila bukti audit dipandang sangat tepat, maka hal itu akan sangat membantu auditor dalam mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar. Ketepatan bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang dipilih. Ketepatan tidak bisa dipengaruhi oleh pemilihan sampel yang lebih besar atau dengan memilih unsur-unsur populasi yang berbeda. Ketepatan bukti hanya dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang lebih relevan atau lebih bisa dipercaya.

Sedangkan kecukupan bukti adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang risiko kesalahan penyajian material dan juga oleh kualitas bukti audit itu sendiri. Kecukupan bukti terutama diukur dengan ukuran sampel yang dipilih auditor. Dua faktor terpenting untuk menentukan ketepatan ukuran sampel dalam audit adalah ekspektasi auditor tentang kesalahan penyajian dan efektivitas pengendalian internal dalam organisasi klien.

5-7 Sebutkan enam karakteristik yang menentukan keandalan (reliabilitas) bukti. Untuk setiap karakteristik tersebut, berikan sebuah contoh tipe bukti yang kemungkinan bisa diandalkan.

Jawab :

Reliabilitas tergantung pada apakah bukti memenuhi karakteristik-karakteristik berikut :

1) Independensi pembuat bukti. Bukti yang diperoleh dari sumber di luar entitas lebih bisa dipercaya daripada bukti yang diperoleh dari dalam entitas yang diaudit. Informasi yang diperoleh dari bank, penasehat hukum, atau pelanggan, biasanya dipandang lebih bisa dipercaya daripada jawaban atas pertanyaan yang diperoleh dari klien. Demikian pula, dokumen-dokumen yang bersumber dari organisasi di luar klien, seperti misalnya polis asuransi, dipandang lebih bisa dipercaya daripada dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh organisasi klien dan tidak keluar dari organisasi klien seperti misalnya dokumen permintaan pembelian.

2) Efektivitas pengendalian internal klien. Apabila pengendalian internal yang berlaku pada perusahaan klien berjalan dengan efektif, maka bukti yang diperoleh akan lebih bisa dipercaya daripada bila pengendalian internal klien tidak efektif. Sebagai contoh, apabila pengendalian internal atas penjualan dan pembuatan faktur pada perusahaan klien berjalan dengan efektif, maka auditor akan memperoleh bukti yang lebih bisa dipercaya dari faktur penjualan dan dokumen pengiriman barang, daripada jika pengendalian internalnya tidak efektif.

3) Pengetahuan langsung auditor. Bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi, rekalkulasi, dan inspeksi adalah lebih bisa dipercaya, daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung. Sebagai contoh, apabila auditor menghitung sendiri besarnya laba kotor tahun ini dan membandingkannya dengan laba kotor tahun lalu, maka hasil perhitungan tersebut akan lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan perbandingan laba kotor yang dilakukan oleh kontroler perusahaan klien.

4) Kualifikasi individu pemberi informasi. Meskipun sumber pemberi informasi berkedudukan independen, namun hal itu akan tergantung pula pada kualifikasi orang (individu) yang memberikan informasi tersebut. Oleh karena itu, informasi yang diperoleh dari bank atau penasehat hukum biasanya dipandang lebih bisa dipercaya daripada jawaban atas konfirmasi yang diterima dari debitur klien yang tidak memahami dunia usaha. Sebagai contoh, pemeriksaan atas persediaan permata yang dilakukan oleh seorang auditor yang tidak terlatih untuk membedakan antara permata yang asli dengan kaca akan menjadi bukti yang tidak bisa dipercaya untuk tujuan keberadaan permata.

5) Tingkat obyektivitas. Bukti yang obyektif akan lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan bukti yang masih memerlukan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti itu benar. Contoh bukti yang obyektif adalah konfirmasi tentang saldo piutang yang diterima dari debitur, atau konfirmasi tentang saldo rekening di bank yang diterima dari bank, hasil perhitungan fisik kas dan surat berharga yang dilakukan oleh auditor. Contoh bukti yang subyektif misalnya surat yang diterima dari penasehat hukum klien tentang kemungkinan keputusan pengadilan yang melibatkan klien, hasil observasi selama audit berlangsung tentang persediaan yang dipandang sudah tidak layak jual, dan hasil wawancara dengan manajer kredit tentang kolektibilitas piutang. Apabila bukti subyektif semacam itu akan dinilai oleh auditor untuk menentukan tingkat bisa dipercaya bukti tersebut, maka auditor harus memperhatikan kualifikasi orang yang memberikan bukti.

6) Ketepatan waktu. Ketepatan waktu suatu bukti audit, berhubungan dengan kapan bukti tersebut diperoleh atau dengan periode yang diaudit. Bukti biasanya akan lebih dipercaya untuk saldo-saldo akun neraca apabila bukti tersebut diperoleh sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Sebagai contoh, hasil perhitungan fisik atas surat berharga yang dilakukan auditor pada tanggal neraca, akan lebih dipercaya daripada apabila perhitungan fisik dilakukan 2 bulan sebelumnya. Untuk akun-akun rugi-laba (akun nominal), bukti akan lebih dipercaya apabila bukti tersebut merupakan sampel dari suatu periode akuntansi, misalnya sampel merupakan hasil pemeriksaan acak atas transaksi penjualan selama satu tahun buku, bukan sampel yang hanya merupakan sebagian dari periode, misalnya hanya 6 bulan pertama.

5-8 Sebutkan delapan tipe audit seperti yang ditunjukkan pada bab ini, dan berilah dua contoh untuk masing-masing tipe.

Jawab :

Tipe bukti audit :

1) Inspeksi. Inspeksi mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen baik internal maupun eksternal dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain, atau pemeriksaan fisik atas suatu aset. Contoh inspeksi yang digunakan sebagai pengujian pengendalian adalah inspeksi atas catatan otorisasi dan audit fisik.

2) Dokumentasi. Dokumentasi adalah inspeksi yang dilakukan auditor atas dokumen-dokumen dan catatan-catatan klien yang berisi informasi yang dituangkan (atau seharusnya dituangkan) ke dalam laporan keuangan. Contoh dokumentasi adalah untuk setiap transaksi penjualan, klien akan mengarsipkan selembar pesanan dari pelanggan, selembar order penjualan, selembar dokumen pengiriman barang, dan selembar duplikat faktur penjualan. Contoh lain dokumentasi adalah faktur pembelian yang dibuat oleh pihak penjual.

3) Observasi. Observasi terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur yang dilakukan oleh orang lain. Sebagai contoh, observasi oleh auditor atas penghitungan persediaan yang dilakukan oleh personel entitas, atau melihat langsung pelaksanaan aktivitas pengendalian.

4) Konfirmasi Eksternal. Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh auditor sebagai respon langsung tertulis dari pihak ketiga (pihak yang mengonfirmasi) dalam bentuk kertas, atau secara elektronik, atau media lain. Konfirmasi diminta kepada klien, dan selanjutnya klien minta kepada pihak ketiga untuk menjawabnya langsung kepada auditor. Misalnya dalam situasi di mana auditor menemukan adanya 2 buah transaksi dengan jumlah rupiah yang sangat besar (tidak lazim) yang terjadi hanya tiga hari sebelum akhir tutup buku, maka auditor melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga.

5) Penghitungan Ulang. Penghitungan ulang meliputi pengecekan ulang atas suatu hasil perhitungan yang telah dilakukan klien. Pengecekan ulang atas perhitungan klien meliputi pengujian atas ketelitian perhitungan. Sebagai contoh, auditor menghitung ulang besarnya beban penyusutan aktiva tetap dan beban amortisasi diskonto atau premium utang obligasi.

6) Pelaksanaan Kembali. Pelaksanaan kembali adalah pengujian auditor secara independen atas prosedur atau pengendalian akuntansi klien yang sebelumnya telah dilakukan sebagai bagian dari akuntansi klien dan sistem pengendalian internal. Berbeda dengan penghitungan ulang yang dilakukan dengan cara mengecek ulang suatu perhitungan, pelaksanaan kembali dilakukan dengan mengecek prosedur lain. Sebagai contoh, auditor membandingkan harga yang tercantum dalam faktur dengan daftar harga yang telah ditetapkan perusahaan, serta auditor mengecek ulang transfer informasi dengan cara menelusur informasi yang dicantumkan dalam lebih dari satu tempat untuk memastikan bahwa transaksi dicatat dengan jumlah yang sama setiap saat.

7) Prosedur Analitis. Prosedur analitis terdiri dari pengevaluasian atas informasi keuangan yang dilakukan dengan menelaah hubungan yang dapat diterima antara data keuangan dengan data non keuangan. Prosedur analitis juga meliputi investasi atas fluktuasi yang telah diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara suatu informasi dengan informasi lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara signifikan dari jumlah yang telah diprediksi sebelumnya. Sebagai contoh, auditor membandingkan persentase laba kotor tahun ini dengan persentase laba kotor tahun lalu dan membandingkan rasio cadangan kerugian piutang dengan piutang bruto tahun ini dengan rasio tahun lalu.

8) Permintaan Keterangan. Permintaan keterangan terdiri dari pencarian informasi atas orang yang memiliki pengetahuan, baik keuangan maupun non-keuangan, di dalam atau di luar entitas. Permintaan keterangan digunakan secara luas sepanjang audit sebagai tambahan untuk prosedur audit lainnya. Sebagai contoh, meminta informasi mengenai keaslian sebuah persediaan (misalnya permata) pada pihak yang ahli di bidangnya.

5-9 Apakah karakteristik dari suatu konfirmasi? Bedakan antara konfirmasi dengan dokumen eksternal.

Jawab :

Karakteristik dari suatu konfirmasi adalah dipandang sebagai tipe bukti berkualitas tinggi dan sering digunakan dalam audit. Namun demikian, pengunaan konfirmasi biasanya relatif mahal dan dapat menimbulkan ketidaksenangan pihak yang diminta untuk menjawabnya.

Konfirmasi diminta kepada klien, dan selanjutnya klien minta kepada pihak ketiga untuk menjawabnya langsung kepada auditor. Sedangkan dokumen eksternal dibuat oleh pihak di luar organisasi klien yang merupakan salah satu pihak dalam transaksi yang didokumentasi, tetapi sekarang berada di tangan klien atau tersedia untuk diakses.

5-10 Bedakan dokumen internal dengan dokumen eksternal sebagai bukti audit dan berikan tiga contoh masing-masing dokumen tersebut.

Jawab :

Dokumen internal dibuat dan digunakan dalam organisasi klien dan selanjutnya diarsipkan tanpa pernah pergi ke pihak lain. Contoh dokumen internal adalah duplikat faktur penjualan, catatan waktu kerja pegawai, dan laporan penerimaan barang. Sedangkan dokumen eksternal dibuat oleh pihak di luar organisasi klien yang merupakan salah satu pihak dalam transaksi yang didokumentasikan, tapi sekarang berada di tangan klien atau tersedia untuk diakses. Contoh dokumen eksternal adalah faktur pembelian (dibuat oleh pihak penjual), wesel yang telah diuangkan, dan polis asuransi.

5-11 Jelaskan arti penting prosedur analitis sebagai bukti dalam menentukan penyajian wajar laporan keuangan.

Jawab :

Perbedaan signifikan yang tak diharapkan antara data keuangan tahun ini dan data lainnya yang digunakan sebagai pembanding disebut fluktuasi tidak biasa. Hal ini terjadi apabila perbedaan signifikan itu tidak diharapkan tetapi sungguh terjadi, atau apabila perbedaan signifikan itu diharapkan tetapi tidak terjadi. Salah satu penyebab terjadinya fluktuasi tidak biasa adalah kesalahan penyajian akuntansi. Apabila fluktuasi tidak biasa besar jumlahnya, auditor harus menentukan penyebabnya dan memastikan bahwa penyebabnya adalah peristiwa ekonomi, bukan kesalahan penyajian.

Aspek prosedur analitis semacam ini dalam menunjukan kemungkinan adanya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan sering disebut ‘pengarahan perhatian’ karena hasil analisis ini akan menghasilkan dilakukannya prosedur yang lebih rinci pada daerah audit tertentu sehingga penyebab kesalahan penyajian dapat diketahui.

5-12 Tunjukkan alasan utama mengapa prosedur analitis perlu dilakukan.

Jawab :

Alasan utama dilakukan prosedur analitis adalah karena prosedur analitis melakukan pengevaluasian atas informasi keuangan yang dilakukan dengan menelaah hubungan yang dapat diterima antara data keuangan dengan data non keuangan. Prosedur analitis juga meliputi investasi atas fluktuasi yang telah diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara suatu informasi dengan informasi lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara signifikan dari jumlah yang telah diprediksi sebelumnya. Selain itu, prosedur analitis dilakukan dengan tujuan untuk memahami bidang usaha dan bisnis klien, menilai kelangsungan usaha bisnis klien, menunjukan kemungkinan adanya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan, dan mengurangi pengujian audit yang rinci.

5-13 Sebutkan tujuan pembuatan dokumentasi (kertas kerja) audit dan jelaskan mengapa setiap tujuan itu penting artinya.

Jawab :

Tujuan dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam mendapatkan jaminan yang layak bahwa audit telah dilaksanakan secara memadai sesuai dengan standar auditing. Secara lebih spesifik, dokumentasi audit memberikan :

a) Suatu Dasar untuk Merencanakan Audit.

    Apabila auditor akan membuat perencanaan audit, maka referensi informasi yang diperlukan harus tersedia dalam file audit. File-file bisa mencakup berbagai informasi yang diperlukan untuk perencanaan audit, seperti misalnya informasi tentang pengendalian internal, anggaran waktu untuk setiap bagian audit, program audit, dan hasil audit dari tahun-tahun yang lalu.

b) Suatu Catatan tentang Bukti yang Dikumpulkan dan Hasil Pengujian.

    Dokumentasi audit adalah alat penting yang mendokumentasikan bahwa audit telah dilaksanakan secara memadai sesuai dengan standar auditing. Dalam hal diperlukan, auditor harus bisa menunjukkan kepada badan pengatur atau kepada pengadilan bahwa audit telah direncanakan dengan baik dan disupervisi secukupnya, bukti yang dikumpulkan cukup dan kompeten, dan berdasarkan hasil audit telah dibuat laporan audit yang tepat. Sebagai contoh, auditor harus mendokumentasi transaksi-transaksi tertentu yang terjadi pada akhir tahun untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi tersebut telah dicatat pada periode yang tepat.

c) Data untuk Menentukan Jenis Laporan Audit yang Tepat.

    Dokumentasi audit merupakan sumber informasi penting untuk membantu auditor dalam memutuskan apakah bukti audit yang tepat dan mencukupi telah terkumpul untuk menyusun laporan audit sesuai dengan situasi yang dihadapi. Data dalam file juga berguna untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan disajikan secara wajar berdasarkan bukti-bukti yang terkumpul.

d) Suatu Dasar untuk Mereview oleh Supervisor dan Partner.

    File audit adalah referensi utama yang digunakan oleh supervisor untuk mereview pekerjaan para asisten. Review yang cermat oleh supervisor akan menjadi bukti bahwa audit telah disupervisi dengan tepat. Selain untuk tujuan-tujuan yang berhubungan dengan pembuatan laporan audit, file audit juga berguna sebagai dasar penghitungan pajak, pembuatan laporan ke Bapepam, dan laporan lainnya. Di samping itu, file audit merupakan sumber informasi utama untuk berkomunikasi dengan manajemen dan pihak-pihak lain seperti misalnya dengan komite audit.

5-14 Jelaskan mengapa dalam pembuatan kertas kerja audit penting artinya untuk mencantumkan hal-hal berikut : Identifikasi nama klien, periode yang dicakup, deskripsi isi, paraf pembuat dan pemeriksa (reviewer), tanggal pembuatan dan tanggal review, dan kode indeks.

Jawab :

Penyiapan daftar-daftar yang sesuai untuk mendokumentasikan bukti yang terkumpul, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai, merupakan bagian yang sangat enting dalam suatu audit. Pendokumentasian harus disusun dengan cukup detil sehingga auditor berpengalaman yang tidak terlibat dalam audit mendapat pemahaman yang jelas tentang pekerjaan yang telah dilakukan, bukti yang diperoleh beserta sumbernya, dan kesimpulan yang dicapai. Oleh sebab itu, identifikasi yang jelas atas informasi-informasi tersebut penting untuk dicantumkan dalam dokumen audit.

5-15 Sebutkan apa yang dimaksud dengan arsip permanen, dan sebutkan beberapa tipe informasi yang dimasukkan dalam arsip permanen. Mengapa auditor tidak memasukkan isi kertas kerja permanen ke dalam kertas kerja tahun berjalan?

Jawab :

Arsip permanen berisi data historis dan data yang bersifat berkelanjutan. File-file ini merupakan sumber informasi tentang berbagai hal dalam audit yang berlaku dari tahun ke tahun. Arsip permanen biasanya meliputi hal-hal berikut :

a) Ringkasan atau copy dokumen-dokumen yang berlaku secara berkelanjutan seperti misalnya anggaran dasar, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi, dan kontrak-kontrak. Dokumen-dokumen semacam ini penting bagi auditor dan berlaku selama bertahun-tahun.

b) Analisis akun-akun tertentu dari tahun-tahun yang lalu yang berpengaruh terhadap auditor. Akun-akun semacam itu misalnya, utang jangka panjang, ekuitas pemegang saham, goodwill, dan aset tetap. Dengan adanya informasi ini dalam arsip permanen, akan membantu auditor untuk lebih berkonsentrasi pada perubahan yang terjadi selama tahun yang diperiksa.

c) Informasi yang berhubungan dengan pemahaman tentang pengendalian internal dan penilaian risiko pengendalian. Ini meliputi bagian organisasi, bagan alir prosedur pengendalian, daftar-pertanyaan, dan informasi pengendalian internal lainnya, termasuk di dalamnya identifikasi dan kelemahan dalam sistem tersebut. Catatan-catatan tersebut digunakan sebagai awal untuk mendokumentasi pemahaman sistem pengendalian, mengingat bahwa aspek-aspek sistem jarang berubah dari tahun ke tahun.

d) Hasil prosedur analitis dari tahun-tahun yang lalu. Data ini antara lain meliputi rasio-rasio dan persentase-persentase yang dihitung oleh auditor serta total saldo atau saldo per bulan untuk akun-akun tertentu. Informasi ini berguna untuk membantu auditor dalam menentukan apakah terdapat perubahan tidak lazim dalam saldo akun tahun ini yang memerlukan penyelidikan lebih intensif.

Auditor tidak memasukkan isi dari arsip permanen ke dalam arsip audit periode berjalan karena arsip permanen berisi untuk data yang secara relatif tidak mengalami perubahan dan data-data yang telah lampau.

5-16 Mengapa auditor tidak boleh meninggalkan pertanyaan atau perkecualian dalam dokumentasi audit tanpa disertai penjelasan yang cukup?

Jawab :

Karena dalam keadaan bagaimanapun, auditor harus mengumpulkan bukti yang tepat dengan kualitas yang tinggi. Namun, mendapatkan bukti yang tepat pada klien yang berisiko tinggi menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, auditor perlu mencari bukti pendukung yang berkualitas tinggi dari sumber di luar klien. Karena ketepatan maupun kecukupan sebuah bukti dipengaruhi oleh risiko yang ada pada klien (yaitu profil risiko inheren dan risiko pengendalian).

5-17 Jelaskan apa yang dimaksud dengan symbol pemeriksaan (tick mark). Apa tujuannya?

Jawab :

Simbol pemeriksaan (tickmarks) yaitu simbol-simbol yang menunjukkan tindakan/pekerjaan yang dilakukan auditor yang dicantumkan pada batang tubuh daftar-daftar. Notasi tersebut harus dijelaskan artinya pada bagian bawah daftar. Tujuannya adalah untuk yang menyediakan informasi atau rincian tambahan dari prosedur audit yang dilakukan.

5-18 Siapakah pemilik kertas kerja? Dalam situasi bagaimana kertas kerja dapat digunakan oleh orang lain?

Jawab :

Dokumen audit yang dibuat auditor selama audit berlangsung, termasuk daftar-daftar yang dibuat klien untuk keperluan auditor, adalah milik auditor. Tidak seorangpun berhak untuk melihat isi dokumen tersebut (termasuk klien) selain auditor beserta tim auditnya, kecuali bila auditor diajukan ke pengadilan berkaitan dengan audit yang bersangkutan sebagai bukti hukum. Setelah audit selesai, file audit disimpan oleh auditor (dalam hal ini KAP) untuk kepentingan pertanggungjawaban di masa yang akan datang serta untuk mempersiapkan audit tahun berikutnya.

Minggu, 18 Oktober 2020

Auditing Bab 4 : Tujuan Pengauditan dan Tanggung Jawab Auditor

    Di bawah ini adalah pembahasan dari pertanyaan yang ada di buku Auditing (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi II karya Al. Haryono Jusup bab 4, yang berisikan mengenai Tujuan Pengauditan dan Tanggung Jawab Auditor. Jawaban dari pertanyaan yang ada ditulis berdasarkan pembahasan yang tertera dalam buku tersebut.

4-1 Sebutkan tujuan pengauditan atas laporan keuangan. Secara umum, bagaimanakah auditor bisa mencapai tujuan tersebut?

Jawab :

Standar Audit 200 (Paragraf 3) berbunyi sebagai berikut :

Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan keyakinan pengguna laporan keuangan yang dituju. Hal itu dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disusun dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Tahapan yang ditempuh auditor dalam mengembangkan tujuan audit adalah sebagai berikut :

1.  Memahami tujuan dan tanggung jawab suatu audit.

2.  Membagi laporan keuangan menjadi siklus-siklus.

3.  Memahami asersi-asersi manajemen tentang laporan keuangan.

4.  Memahami tujuan umum audit untuk golongan-golongan transaksi, akun-akun, dan pengungkapannya.

5. Memahami tujuan khusus (spesifik) audit untuk kelompok-golongan transaksi, akun-akun, dan pengungkapannya.

4-2 Bedakan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor atas laporan keuangan yang diaudit.

Jawab :

Tanggung jawab manajemen :

SA 200 (Paragraf A2) menyatakan bahwa suatu audit berdasarkan SA dilaksanakan dengan premis bahwa manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, mengakui dan memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab :

a. Menyusun laporan keuangan, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, termasuk, jika relevan, penyajian wajar laporan keuangan.

b. Menetapkan dan menjalankan pengendalian internal yang dipandang perlu oleh manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.

c.   Menyediakan hal-hal di bawah ini bagi auditor :

             i.     Akses ke seluruh informasi yang disadari oleh manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, relevan dengan penyusunan laporan keuangan, seperti catatan akuntansi, dan hal-hal lain.

             ii.    Informasi tambahan yang mungkin diminta oleh auditor dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, untuk tujuan audit.

              iii.     Akses tidak terbatas ke orang-orang dalam entitas yang dipandang perlu oleh auditor untuk memperoleh bukti audit.

Tanggung jawab auditor :

Standar Auditing (SA 200 Paragraf 11) menyatakan tujuan keseluruhan auditor sebagai berikut :

a. Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

b. Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya sebagaimana ditentukan oleh SA berdasarkan temua auditor.

4-3 Apakah perbedaan antara “kesalahan (error)” dan “kecurangan (fraud)” dan apakah tanggung jawab auditor untuk menemukan masing-masing hal tersebut?

Jawab :

Kesalahan (error) adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan (fraud) adalah salah saji yang disengaja. Contoh kesalahan, misalnya salah dalam melakukan perkalian antara jumlah unit dengan harga per unit dalam membuat faktur penjualan, salah dalam menerapkan metoda harga wajar persediaan untuk persediaan yang telah lama tidak laku.

Kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu individu atau lebih dalam manajemen, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, karyawan atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh suatu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum. Kecurangan dibedakan menjadi (1) penyalahgunaan aset, dan (2) pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan. Contoh kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah secara sengaja membuat lebih saji penjualan menjelang tanggal neraca untuk meningkatkan laba bersih dalam laporan keuangan.

Paragraf 5 SA 240 menyebutkan :

Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan SA bertanggung jawab untuk memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan. Karena keterbatasan bawaan suatu audit, maka selalu ada risiko yang tidak terhindarkan bahwa beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan mungkin tidak akan terdeteksi, walaupun audit telah direncanakan dan dilaksanakan dengan baik berdasarkan SA.

Dalam memperoleh keyakinan memadai auditor bertanggungjawab untuk menjaga skeptisisme profesional selama audit, mempertimbangkan potensi terjadinya pengabaian pengendalian oleh manajemen, dan menyadari adanya fakta bahwa prosedur audit yang efektif untuk mendeteksi kesalahan mungkin tidak akan efektif dalam mendeteksi kecurangan.

4-4 Jelaskan perbedaan antara “pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan” dengan “penyalahgunaan asset”. Uraikan perbedaan antara kedua tipe kecurangan tersebut atas penyajian wajar dalam laporan keuangan.

Jawab :

Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan mencakup kesalahan penyajian yang disengaja termasuk penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk memengaruhi persepsi para pengguna laporan keuangan. Hal ini dapat disebabkan usaha manajemen untuk mengelola laba dengan tujuan mengelabui para pengguna laporan keuangan dengan memengaruhi persepsi mereka terhadap kinerja dan probabilitas entitas. Pengelolaan laba seperti itu dapat dimulai dari tindakan-tindakan kecil atau penyesuaian asumsi yang tidak tepat dan perubahan pertimbangan oleh manajemen. Dorongan dan insentif dapat menyebabkan tindakan-tindakan ini meningkat sampai pada tahap terjadinya pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan.

Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a)  Manipulasi, pemalsuan (termasuk peniruan), atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumentasi pendukung yang menjadi dasar penyusunan laporan keuangan.

b)  Pernyataan salah, atau penghilangan secara sengaja atas peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan lain dalam laporan keuangan.

c) Penerapan salah yang disengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, penyajian atau pengungkapan.

Penyalahgunaan aset mencakup pencurian aset entitas dan seringkali dilakukan oleh karyawan dalam jumlah yang relatif kecil dan tidak material. Namun, hal tersebut juga dapat melibatkan manajemen yang biasanya lebih dapat menutupi atau menyembunyikan penyalahgunaan dengan cara yang lebih sulit untuk terdeteksi. Penyalahgunaan aset dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi :

a) Menggelapkan penerimaan (sebagai contoh, menyalahgunakan penagihan piutang usaha atau mengalihkan penerimaan yang berkaitan dengan akun yang telah dihapus ke rekening bank pribadi).

b)  Mencuri aset fisik atau kekayaan intelektual (sebagai contoh, mencuri persediaan untuk kepentingan pribadi atau untuk dijual, mencuri barang sisa untuk dijual kembali, berkolusi dengan pesaing dengan cara mengungkapkan data teknologi entitas untuk mendapatkan uang).

c)  Menyebabkan entitas membayar untuk barang dan jasa yang tidak pernah diterima (sebagai contoh, pembayaran kepada pemasok fiktif, uang suap yang dibayar oleh pemasok kepada staf pembelian entitas sebagai balas jasa karena telah meninggikan harga, pembayaran kepada karyawan fiktif).

d) Menggunakan aset entitas untuk kepentingan pribadi (sebagai contoh, menggunakan aset entitas sebagai jaminan bagi pinjaman pribadi atau pinjaman kepada pihak yang berelasi).

4-5 Jelaskan tanggung jawab auditor untuk mempertimbangkan kepatuhan terhadap hukum dan perundang-undangan. Apakah perbedaan antara tanggung jawab auditor atas hukum dan perundang-udangan yang berpengaruh langsung terhadap laporan keuangan bila dibandingkan dengan hukum dan perundang-undangan lain yang tidak berpengaruh langsung.

Jawab :

Standar Audit (SA) 250 mengatur tentang Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-Undangan Dalam Audit Atas Laporan Keuangan. Ketentuan dalam SA tersebut dirancang untuk membantu auditor dalam mengidentifikasi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Namun, auditor tidak bertanggungjawab untuk mencegah dan tidak dapat diharapkan untuk mendeteksi ketidakpatuhan terhadap semua peraturan perundang-undangan.

Di atas telah disebutkan bahwa dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan kerangka peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena keterbatasan bawaan yang melekat dalam audit, terdapat risiko yang tidak dapat dihindari bahwa beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan mungkin tidak dapat terdeteksi walaupun audit telah direncanakan secara tepat dan dilaksanakan berdasarkan SA. Biasanya makin jauh hubungan antara ketidakpatuhan dengan peristiwa dan transaksi yang tercermin dalam laporan keuangan, makin kecil pula kemungkinan auditor untuk menyadari atau mengetahui terjadinya ketidakpatuhan tersebut.

SA 250 (Paragraf 6) membedakan tanggung jawab auditor dalam kaitannya dengan kepatuhan terhadap 2 kategori peraturan perundang-undangan yang berbeda di bawah ini :

a)  Ketentuan perundang-undangan yang secara umum berdampak langsung dalam menentukan jumlah dan pengungkapan material dalam laporan keuangan, seperti perundang-undangan pajak dan pensiun.

b) Peraturan perundang-undangan lain yang tidak mempunyai dampak langsung terhadap penentuan jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan, namun kepatuhannya merupakan bagian penting bagi aspek kegiatan operasi bisnis, bagi kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya, atau untuk menghindari terjadinya sanksi berat (sebagai contoh, kepatuhan terhadap ketentuan solvabilitas yang diwajibkan oleh regulator, atau kepatuhan terhadap undang-undang lingkungan hidup). Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan tersebut di atas dapat mengakibatkan dampak material terhadap laporan keuangan.

Dalam SA ini ketentuan yang berbeda diterapkan untuk setiap kategori peraturan perundang-undangan yang disebutkan di atas. Untuk kategori yang dijelaskan dalam paragraf 6 (a), tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Untuk kategori yang dijelaskan dalam paragraf 6 (b), tanggung jawab auditor terbatas pada pelaksanaan prosedur audit berikut ini untuk membantu mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang mungkin berdampak material terhadap laporan keuangan :

a)  Meminta keterangan kepada manajemen dan, apabila relevan, pihak-pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, mengenai tingkat kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan tersebut.

b)  Menginspeksi korespondensi, jika ada, dengan pihak berwenang yang menerbitkan izin atau peraturan.

4-6 Apakah tanggung jawab auditor apabila diidentifikasi atau diduga terjadi ketidakpatuhan terhadap hukum atau perundang-undangan oleh klien?

Jawab :

Jika auditor menduga kemungkinan terjadi ketidakpatuhan, maka auditor harus membahas hal tersebut dengan manajemen dan, jika relevan, dengan pihak-ihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. Jika manajemen atau, jika relevan, dengan pihak-pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, tidak dapat memberikan informasi memadai yang mendukung kepatuhan entitas terhadap peraturan perundang-undangan dan, dalam pertimbangan auditor, dampak kedugaan ketidakpatuhan tersebut material terhadap laporan keuangan, maka auditor harus mempertimbangkan keputusan untuk memperoleh advis hukum.

Jika informasi tentang dugaan adanya ketidakpatuhan tidak cukup diperoleh, auditor harus mengevaluasi dampak tidak memadainya bukti audit yang cukup dan tepat tersebut terhadap opini auditor. Auditor harus melakukan evaluasi atas implikasi ketidakpatuhan terhadap aspek-aspek lain dalam audit, termasuk penilaian risiko yang dilakukan auditor dan keandalan representasi tertulis.

4-7 Jelaskan apa yang dimaksud dengan “pendekatan siklus” dalam pengauditan. Apakah keuntungan akibat memecah audit menjadi siklus-siklus yang berbeda?

Jawab :

Audit atas laporan keuangan biasanya dilakukan dengan cara “memecah” laporan keuangan menjadi segmen-segmen atau komponen yang lebih kecil. Dengan pemecahan semacam ini, audit menjadi lebih mudah dilaksanakan dan mempermudah pembagian tugas di antara para anggota tim audit.

Dewasa ini, cara yang lazim untuk memecah suatu audit adalah dengan menempatkan jenis (atau kelompok) transaksi dan saldo akun yang berkaitan erat dalam segmen yang sama. Cara semacam ini disebut dengan pendekatan siklus. Sebagai contoh, penjualan, retur penjualan, penerimaan kas, dan penghapusan piutang tak tertagih adalah 4 golongan transaksi yang menyebabkan akun piutang usaha bertambah atau berkurang. Oleh karena itu, keempat transaksi tersebut ditempatkan dalam siklus penjualan dan pendapatan.

Dengan menggunakan pendekatan siklus, proses pengauditan bisa berjalan lebih efisien, karena pendekatan ini mengikuti aliran pencatatan dalam jurnal dan peringkasannya di buku besar serta laporan keuangan. Sepanjang dimungkinkan, pendekatan siklus menggabungkan transaksi-transaksi yang dicatat dalam jurnal yang berbeda-beda dengan saldo akun buku besar yang dihasilkan dari transaksi-transaksi tersebut. Auditor bisa memecah aktivitas entitas yang diauditnya menjadi siklus-siklus. Salah satu contoh siklus yang ditetapkan auditor dalam pengauditan laporan keuangan adalah :

a)  Siklus penjualan dan pengumpulan piutang.

b)  Siklus pembelian dan pembayaran.

c)   Siklus penggajian dan personalia.

d)  Siklus persediaan dan penggudangan.

e)   Siklus perolehan modal dan pengembaliannya.

4-8 Tunjukkan dengan siklus manakah masing-masing akun buku besar berikut berkaitan : penjualan, utang usaha, laba ditahan, piutang usaha, persediaan, dan reparasi & pemeliharaan.

Jawab :

Akun penjualan dan akun piutang usaha berkaitan dengan siklus penjualan dan pengumpulan piutang. Akun utang usaha dan akun reparasi & pemeliharaan berkaitan dengan siklus pembelian dan pembayaran. Akun laba ditahan berkaitan dengan siklus perolehan modal dan pengembaliannya. Akun persediaan berkaitan dengan siklus pembelian dan pembayaran serta persediaan dan penggudangan.

4-9 Mengapa penjualan, retur penjualan, kerugian piutang, potongan tunai penjualan, dan cadangan kerugian piutang dikelompokan ke dalam siklus yang sama?

Jawab :

Akun penjualan, retur penjualan, kerugian piutang, potongan tunai penjualan, dan cadangan kerugian piutang dikelompokkan ke dalam siklus yang sama dikarenakan lima golongan transaksi tersebut menyebabkan akun piutang usaha bertambah atau berkurang. Siklus ini berhubungan dengan penerimaan kas dari piutang dalam jurnal penerimaan kas, hal ini merupakan aliran kas masuk yang utama dari operasi ke akun kas di bank.

4-10 Rumuskan apa yang dimaksud dengan asersi manajemen tentang laporan keuangan. Sebutkan tiga kategori asersi manajemen.

Jawab :

Asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat manajemen secara eksplisit atau implisit tentang golongan transaksi dan saldo akun yang bersangkutan serta pengungkapan dalam laporan keuangan. Sebagian besar pernyataan manajemen tersebut bersifat implisit. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan kerangka pelaporan keuangan yang digunakan perusahaan (Standar Akuntansi Keuangan Indonesia atau IFRS), karena hal itu merupakan bagian dari kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pengauditan, auditor perlu memahami asersi-asersi manajemen yang secara implisit maupun eksplisit melekat pada laporan keuangan.

SA 315 (Paragraf A111) mengelompokkan asersi-asersi menjadi 3 kategori :

1.  Asersi-asersi tentang golongan transaksi dan kejadian untuk periode yang diaudit.

2.  Asersi-asersi tentang saldo akun pada akhir periode.

3.  Asersi-asersi tentang penyajian dan pengungkapan.

4-11 Bedakan tujuan umum audit dengan asersi manajemen. Mengapa tujuan umum audit lebih bermanfaat bagi auditor.

Jawab :

Tujuan umum audit memiliki hubungan erat dengan asersi manajemen untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, dan penyajian dan pengungkapan yang signifikan. Auditor harus mempertimbangkan relevansi setiap asersi untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, dan penyajian dan pengungkapan yang signifikan. Asersi relevan memiliki makna karena berpengaruh pada apakah suatu akun ditetapkan secara wajar dan digunakan dalam menetapkan risiko salah saji material dan dalam merancang serta melaksanakan prosesur audit. Sedangkan asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat manajemen secara eksplisit atau implisit tentang golongan transaksi dan saldo akun yang bersangkutan serta pengungkapan dalam laporan keuangan.

Tujuan umum audit lebih bermanfaat bagi auditor karena tujuan audit yang ditetapkan auditor mengikuti dan berkaitan erat dengan asersi-asersi manajemen. Alasan menggunakan tujuan audit, dan bukannya menggunakan asersi-asersi, adalah untuk memberikan rerangka kerja bagi auditor dalam mengumpulkan bukti kompeten yang cukup dan menetapkan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan sesuai dengan keadaan penugasan yang dihadapi.

Hal ini tidak mengherankan karena tanggung jawab utama auditor adalah menetukan apakah asersi-asersi manajemen tentang laporan keuangan dapat diterima. Tujuan audit tidak berbeda antara audit yang satu dengan audit lainnya, tetapi bukti yang harus dikumpulkan bisa berbeda-beda tergantung keadaan yang dihadapi.

4-12 Pengeluaran untuk reparasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan konstruksi dicatat pada tanggal yang salah. Tujuan audit golongan transaksi manakah yang telah dilanggar? Tujuan audit golongan transaksi manakah yang telah dilanggar, apabila pengeluaran tersebut dikapitalisasi sebagai aset tetap, bukan sebagai beban.

Jawab :

Ketika pengeluaran untuk reparasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan konstruksi dicatat pada tanggal yang salah, hal tersebut telah melanggar ketepatan waktu dalam tujuan umum audit transaksi. Karena ketepatan waktu ini berhubungan dengan apakah transaksi telah dibukukan pada tanggal yang tepat, selaras dengan asersi manajemen tentang pisah batas pembukuan transaksi.

Apabila pengeluaran untuk reparasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan konstruksi tersebut dikapitalisasi sebagai aset tetap, dan bukan sebagai beban, maka hal ini telah melanggar penggolongan dalam tujuan umum audit transaksi. Karena penggolongan ini berhubungan dengan apakah transaksi telah dibukukan dalam akun yang tepat.

4-13 Bedakan antara tujuan audit saldo keberadaan dan kelengkapan. Tunjukkan pengaruhnya terhadap laporan keuangan (lebih saji atau kurang saji) pelanggaran kedua hal tersebut dalam pengauditan piutang usaha.

Jawab :

Tujuan audit saldo keberadaan berhubungan dengan apakah jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan memang seharusnya dimasukkan. Sebagai contoh, dimasukkannya suatu piutang kepada pelanggan dalam daftar piutang usaha, padahal tidak ada piutang kepada pelanggan tersebut, hal ini merupakan pelanggaran terhadap tujuan keberadaan. Tujuan audit ini sejalan dengan asersi manajemen tentang keberadaan untuk saldo akun.

Tujuan audit saldo kelengkapan berhubungan dengan apakah semua jumlah yang seharusnya dimasukkan telah diikutsertakan dengan jumlah yang benar. Tidak memasukkan suatu piutang usaha kepada seorang pelanggan dalam daftar piutang usaha, padahal piutang kepada pelanggan tersebut sungguh-sungguh ada, merupakan pelanggaran atas tujuan kelengkapan. Tujuan audit ini sejalan dengan asersi manajemen tentang kelengkapan saldo akun.

Tujuan keberadaan dan tujuan kelengkapan masing-masing menekankan pada hal yang berkebalikan. Keberadaan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya lebih saji, sedangkan kelengkapan berkaitan dengan kemungkinan adanya kurang saji dalam laporan keuangan.

4-14 Apa yang dimaksud dengan tujuan khusus audit? Jelaskan hubungannya dengan tujuan umum audit.

Jawab :

Tujuan khusus audit merupakan perumusan secara lebih spesifik sesuai dengan transaksi yang diaudit sesuai dengan golongannya. Hubungan antara tujuan khusus audit dan tujuan umum audit yaitu, tujuan khusus audit baru dapat dilaksanakan ketika tujuan umum audit telah sukses dilaksanakan. Dalam tujuan umum audit, transaksi-transaksi hanya digolongkan secara umum namun nantinya dalam proses yang lebih lanjut dilakukan penggolongan transaksi secara yang lebih spesifik untuk tujuan khusus audit.

4-15 Tunjukkan asersi manajemen dan tujuan umum audit untuk tujuan khusus audit saldo : Semua aset tetap terbukukan sungguh-sungguh ada pada tanggal neraca.

Jawab :

Asersi manajemen tentang saldo akhir akun : Keberadaan. Asersi keberadaan berhubungan dengan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas yang dicantumkan dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca.

Tujuan umum audit saldo akun : Pisah batas. Dalam melakukan pengujian tentang pisah batas saldo-saldo akun, tujuan auditor adalah menentukan apakah transaksi telah dibukukan dan dimasukkan ke dalam saldo akun pada periode yang tepat. Pengujian pisah batas dapat dipandang sebagai bagian dari pemeriksaan atas saldo akun-akun di neraca atau transaksi-transaksi yang berkaitan, tetapi para auditor biasanya melakukan pengujian tersebut sebagai bagian dari pengauditan atas saldo akun.

4-16 Jelaskan bagaimana asersi manajemen, tujuan umum audit saldo, dan tujuan khusus audit saldo dikembangkan untuk sebuah saldo akun seperti piutang usaha.

Jawab :

Asersi Manajemen tentang Saldo Akun untuk Piutang Usaha

Tujuan Umum Audit Saldo Akun untuk Piutang Usaha

Tujuan Spesifik Audit Saldo Akun untuk Piutang Usaha

Keberadaan

Keberadaan

Semua jumlah piutang usaha yang tercantum dalam laporan benar-benar ada pada tanggal neraca (tidak ada lebih saji yang terjadi).

Kelengkapan

Kelengkapan

Semua piutang usaha yang ada telah dihitung dan tercantum dalam akun piutang usaha (tidak ada kurang saji yang terjadi).

Penilaian dan Pengalokasian

Keakurasian

 

 

 

 

Penggolongan

 

 

 

 

 

 


 Pisah Batas

 

 

 

Kecocokan

 

 

 

 

  


Nilai Bersih Bisa Direalisasi

Jumlah piutang usaha yang dicantumkan dalam laporan keuangan telah dinyatakan dalam jumlah yang benar.


Piutang usaha harus dipisahkan menjadi piutang jangka pendek dan piutang jangka panjang. Piutang kepada perusahaan afiliasi, karyawan, dan lain-lain harus dipisahkan dari piutang usaha.


Pisah batas pencatatan piutang usaha pada akhir tahun telah dilakukan pada periode yang tepat.


Saldo akun piutang individual dalam daftar piutang sama dengan akun-akun piutang usaha dalam master file, dan total saldonya cocok dengan  saldo piutang usaha di buku besar.

Kecukupan cadangan kerugian piutang telah mencerminkan nilai bersih yang bisa direalisasi.

Hak dan Kewajiban

Hak dan Kewajiban

Perusahaan memiliki hak kepemilikan atas semua nominal piutang usaha yang tercantum dalam laporan.

Piutang usaha tidak dijadikan jaminan atas pinjaman.

4-17 Sebutkan empat tahapan dalam pengauditan. Apakah hubungan antara keempat tahapan tersebut dengan tujuan audit laporan keuangan.

Jawab :

Empat tahapan dalam audit laporan keuangan :

Tahap 1.   Perencanaan dan perancangan suatu pendekatan audit.

Tahap 2.   Pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi.

Tahap 3.   Penerapan prosedur analitis dan pengujian rinci atas saldo.

Tahap 4.   Penyelesaian audit dan penerbitan laporan audit.

Keempat tahapan audit tersebut harus dipenuhi untuk mencapai tujuan audit laporan keuangan.